SEJARAH PRADABAN ISLAM DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM
Dosen
Pembimbing :
Drs. M. Taqwim Suji
Disusun Oleh
:
FAISOL
HUDA
(
B74210076 )
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur
senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan Taufiq dan
Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SEJARAH
PERADAPAN ISLAN DI INDONESIA” ini dengan baik.
Sholawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke arah kebaikan.
Dalam menyusun penulisan tugas ini saya
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih saya sampaikan
kepada :
1.
Orang Tua kami yang tidak
pernah bosan mendoakan kami dengan tulus dan ikhlas.
2.
Dosen Pembimbing kami Bapak Drs. M. Taqwim
Suji
3.
Mahasiswa/i Fakultas Dakwah, yang
banyak memberikan dukungan dan ide-ide dalam menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan
tugas ini banyak kekurangan, kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, saya sebagai penulis mohon saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan tugas ini. Harapan kami semoga dengan adanya tugas ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi Mahasiswa/i IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
Surabaya, 23 MARET 2011
|
KATA
PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR
ISI ............................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A.
Latar Belakang ............................................................................ 1
B.
Rumusan ..................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................ 3
A. Awal Penyiaran Islam di indonesia ............................................ 3
B. Factor pentin
yang menyebabkan masyarakat Islam mudah
berkembang di Aceh 4
C. Pada Zaman
Kerajaan Samudra Pasai....................................... 6
D. Pada Zaman Kerajaan Perlak...................................................... 7
E.
Pada Zaman Aceh Darussalam.................................................... 8
BAB III
PENUTUP .................................................................................... 13
A.
Kesimpulan ................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7
M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh
umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang
zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan
terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada
perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa
Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam
masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.[1]
Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia
yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.
Datangnya Islam ke Indonesia
dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah,
perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan,
yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di
Indonesia. Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir, tumbuh dan berkembang
bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada
Islam pada masa perdagangan disebabkan oleh Islam merupakan agama yang siap
pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan
tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhan dan pengajaran tentang moral.
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di
Aceh tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan
pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir
berkuasa, dengan adanya sistem pendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada
kelanjutannya menjadi sistem pendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah
akan membahas tentang pusat pengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan
membatasi wilayah bahasan di daerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian
pendidikan Islam, masuk dan berkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian
Islam pada masa tiga kerajaan besar Islam di Aceh.
Tidak sedikit dari para ahlai sejarah
beda pendapat. Ada yang mengatakan pada adad pertama Hijriyah, kedua Hijriyah,
dan sebagainya. Mengenai dimana para ahi sependapat yaitu di pesisir sumater
bagian barat; Hanya perbedaannya: ada yang mengatakan di perlak atau di pase; ada yang mengatakan di Aceh Besar
atau di Jaya dan ada yang mengatakan di Barus.
Dalam kajian makalah ini, penulis akan
membahas tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang didalamnya terdapat
beberapa penda-pendapat para ahli sejarah, Kebudayaan Islam, Pendidikan Islam, Kesenian
Islam, dan perkembangan Islam serta faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
Islam di masing-masing wilayah, yang akan dijelaskan lebih rinci dalam makalah
ini.
B.
Rumusan
1. Bagaimana proses masuknya Islam di di
Indonesia?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi
perkembangan dan penyebaran di indonesi?
3. Bagaimana islam pada Zaman Kerajaan Samudra Pasai?
4. Bagaimana islam pada Zaman Kerajaan Perlak?
5. Bagaimana islam pada Zaman Aceh
Darussalam?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Awal Masuknya
Islam di indonesia:
Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang
mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.[2]
Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang
berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963 yaitu Islam untuk pertama
kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan langsung dari Arab.
1.
Daerah yang pertama kali
didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang
pertama adalah di Pasai.
2.
Dalam proses pengislaman
selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan
proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
3.
Keterangan Islam di Indonesia,
ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa Indonesia.[3]
ada
yang mengatakan dari India Masuknya Islam ke Indonesia, dari Persia, atau dari
Arab.[4]
Dan jalur yang digunakan adalah:
1.
Perdagangan, yang mempergunakan
sarana pelayaran
2.
Dakwah, yang dilakukan oleh
mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa
dikatakan sebagai sufi pengembara.
3.
Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang
muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya
inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
4.
Pendidikan. Pusat-pusat
perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
5.
Kesenian. Jalur yang banyak
sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Bentuk agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi
sebelum masuk ke Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah
Persia dan India, dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada
perkembangan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan agama Islam di daerah
Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh tersebut tidak hanya
berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari Negeri sendiri.
2.
faktor penting yang
menyebabkan masyarakat Islam mudah berkembang di Aceh, yaitu:
1.
Letaknya sangat strategis dalam
hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
2.
Pengaruh Hindu – Budha dari
Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat
Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.[5]
Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci
faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia
antara lain:[6]
a.
Agama Islam tidak sempit dan
berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat
manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah
syahadat saja.
b.
Sedikit tugas dan
kewajiban Islam.
c.
Penyiaran Islam itu dilakukan
dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
d.
Penyiaran Islam dilakukan
dengan cara bijaksana.
e.
Penyiaran Islam dilakukan
dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah
dan golongan atas.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa
perdagangan terjadi karena beberapa sebab yaitu: [7]
1)
Portilitas (siap pakai) sistem
keimanan Islam.
2)
Asosiasi Islam dengan kekayaan.
Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim
pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang yang kaya raya. Karena kekayaan
dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang
politik dan diplomatik.
3)
Kejayaan militer. Orang muslim
dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
4)
Memperkenalkan tulisan. Agama
Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar
belum mengenal tulisan.
5)
Mengajarkan penghapalan
Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk
kepentingan ibadah, seperti sholat.
6)
Kepandaian dalam penyembuhan.
Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan dengan kepercayaan bahwa
tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan. Sebagai contoh, Raja Patani menjadi
muslim setelah disembuhkan dari penyakitnya oleh seorang Syaikh dari Pasai.
7)
Pengajaran tentang moral. Islam
menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat dan kebahagiaan di akhirat
kelak.
3.
Zaman Kerajaan
Samudra Pasai.
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai,
yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin
Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama
Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).[8]
Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada
zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan
bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih
berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana.[9]
Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang
berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
1)
Materi pendidikan dan
pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i.
2)
Sistem pendidikannya secara
informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
3)
Tokoh pemerintahan merangkap
tokoh agama
4)
Biaya pendidikan bersumber dari
Negara.[10]
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad
ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip
keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat
kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.[11]
Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi
Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara
Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta
kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan
sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan
diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari
Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut
Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi
melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi
seluruh wajah murid menghadap guru.
4.
Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya
yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan
Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan
Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di
Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.[12]
Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala.
Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa
Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah
dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat
Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada
akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin
yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang
arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan
Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid
yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab
agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam
Syafi’i.[13] Dengan
demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup
baik.
5.
Kerajaan Aceh Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan
Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra
Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat
Syah (1507-1522 M).
Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan
Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki
(wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya
melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu
kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim
disebut Imeum mukim.[14]
Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan
terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah terdapat
di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
1)
Sebagai tempat belajar
Al-Qur’an
2)
Sebagai Sekolah Dasar, dengan
materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa
Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
1)
Sebagai tempat ibadah sholat 5
waktu untuk kampung itu.
2)
Sebagai tempat sholat tarawih
dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
3)
Tempat kenduri Maulud pada
bulan Mauludan.
4)
Tempat menyerahkan zakat fitrah
pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
5)
Tempat mengadakan perdamaian
bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
6)
Tempat bermusyawarah dalam
segala urusan
7)
Letak meunasah harus berbeda
dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau
meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat.[15]
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di
Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab
yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab).
Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki
dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi. Oleh
karena itu orang yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan,
untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan
tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan
pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah
seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi,
sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim.[16]
Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi
perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam
bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
a.
Balai Seutia Hukama, merupakan
lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan
cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b.
Balai Seutia Ulama, merupakan
jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan
pengajaran.
c.
Balai Jama’ah Himpunan Ulama,
merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar
fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan
sarjana-sarjanaya yang terkenal di dalam dan luar negeri. Sehingga banyak orang
luar datang ke Aceh untuk menuntut ilmu, bahkan ibukota Aceh Darussalam
berkembang menjadi kota Internasional dan menjadi pusat pengembangan ilmu
pengetahuan.
Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan
kerajaan Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu
banyak pula ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang
ke Aceh. Para ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi
Islam) dan berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi
ajaran agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh
menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara. Diantara para ulama dan pijangga
yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar
ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic
dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad
Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika.[17]
Tokoh pendidikan agama Islam lainnya yang berada di kerajaan Aceh
adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama yang
terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah. Diantara karya-karya
Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab Al-Asyikin, dan Zuiat
Al-Nuwahidin. Sebagai seorang pujangga ia menghasilkan karya-karya, Syair si burung
pungguk, syair perahu.
Ulama penting lainnnya adalah Syamsuddin As-Samathrani atau lebih
dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Ia adalah murid dari Hamzah Fansuri yang
mengembangkan paham wujudiyah di Aceh. Kitab yang ditulis, Mir’atul al-Qulub, Miratul
Mukmin dan lainnya.
Ulama dan pujangga lain yang pernah datang ke kerajaan Aceh ialah
Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Ia menentang paham wujudiyah dan menulis banyak kitab
mengenai agama Islam dalam bahasa Arab maupun Melayu klasik. Kitab yang
terbesar dan tertinggi mutu dalam kesustraan Melayu klasik dan berisi tentang
sejarah kerajaan Aceh adalah kitab Bustanul Salatin.
Pada masa kejayaan kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda
(1607-1636) oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah
umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga
dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).
Dengan melihat banyak para ulama dan pujangga yang datang ke Aceh,
serta adanya Perguruan Tinggi, maka dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh
menjadi pusat studi Islam. Karena faktor agama Islam merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh pada periode
berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam.[18]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam mengalami penyebaran di berbagai penjuru dunia sampai ke
wilayah indonesia. Di wilayah indonesia pertama kalinya pada abad ke-7 M.
Masuknya Islam ke dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam
ialah daerah Aceh dan Islam pun menyebar keseluruh penjuru. Ada yang mengatakan
dari India Masuknya Islam ke Indonesia, dari Persia, atau dari Arab.
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai,
yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin
Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama
Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya
yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan
Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan
Putri Raja Perlak.
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan
Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur.
Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali
Mughayat Syah (1507-1522 M).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik. Ed. 1983. Agama dan Perubahan Sosial.
Jakarta : CV. Rajawali
Hasbullah.
2001. Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ibrahim,
M, et.al. 1991. Sejarah Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: CV. Tumaritis
Mustofa.A,
aly, Abdullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk
Fakultas Tarbiyah, Bandung : CV. Pustaka Setia
Sunanto,
Musrifah, 2005Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada,
Yatim,
Badri, 1993Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada,
Zauharini,
et.al., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2000
[1]A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia.Hal: 23
[2] Abdullah Taufik.Ed.” Agama
dan Perubahan Sosial”. 1983 . Jakarta : CV. Rajawali. Hal: 4
[3] Ibid Hal: 5
[4] Musrifah sunanto. “Sejarah
Peradaban Islam Indonesia”. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal:
10-11
[5] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal: 53
[6] Hasbullah. “Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
cet. 4 Hal: 19-20
[7] Musrifah sunanto. “Sejarah
Peradaban Islam Indonesia”. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal :
20-21
[8] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal: 54
[9] Zuhairini,et.al. “Sejarah
Pendidikan Islam”. 2000. Jakarta : PT. Bumi Aksara, , set 6 Hal: 135
[10] Ibid Hal : 136
[11] M.Ibrahim, et.al. ”Sejarah
Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh”. 1991. Jakarta : CV. Tumaritis, cet 2
Hal : 61
[12] Hasbullah.“Sejarah Pendidikan
Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4 Hal
: 29
[13] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal : 54
[14] M. Ibrahim, et.al. ”Sejarah
Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh”. 1991. Jakarta : CV. Tumaritis, cet 2
Hal : 75
[15] Ibid. Hal : 76
[16] Hasbullah .“Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
cet. 4 Hal : 32
[17] Op.cit Hal : 88
[18] Ibid. Hal : 89
jagan lupa tinggalkan kritik dan saran anda gan
BalasHapus