Rabu, 03 Juli 2013

PENGANTAR STUDI ISLAM



DAKWAH ISLAM PADA REMAJA

MAKALAH
” PENGANTAR STUDI ISLAM ”


 
Oleh:
Faisol Huda                    : B74210076
KLAS                             : 1E2
SEMESTER                   : 1


Dosen Pembimbing :
RUDY AL HANA, M.Ag

FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010 

BABI
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG 
Dakwah mengajak remaja kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik, sehingga mereka meninggalkan Thaghut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua  fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik  dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan  melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Seberapa besarkah pentingnya untuk  menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Banyaknya permasalahan dan krisis yang terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang dakwah. Pada masa ini perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya kondisi yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap, selain dari pada itu periode ini  pun dinilai  sangat  penting.



B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

A.    Bagaimana Pengertian Dakwah Islam pada Remaja ?
B.     Apa tujuan Ruang Lingkup Psikologi Dadwah ?
C.     Apa maksudnya  Remaja Sebagai Sasaran Dakwah ?
D.    Apa Motivasi Sebagai Model Pendidikan Dakwah Islam Pada Remaja itu?
E.     Apa yang di maksud Intreraksi dan Motivasi Dalam Dakwah ?
F.      Apa yang di maksud Dakwah Persuasif ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN
  1. Pengertian Dakwah Islam pada Remaja
Mengingat Dakwah Islam pada Remaja merupakan sintesis 2 disiplin ilmu, yaitu “ ilmu dakwah” dan “ ilmu psikologi”, maka di sini penulis berusaha mengetengahkan pengertian pisikokogi dakwah dari 2 disiplin ilmu tersebut.
a.       Dakwah
1)      Secara etimologi
Dakwah sebagai suatu istilah, hakikatnya memiliki pengertian secara khusus. Secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yang bermakna “panggilan, ajakan, seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata “dakwah” berbentuk sebagai isim masdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) da’a (دعا) – yad’u (يدعو), yang artinya memanggil, mengajak, atau menyeru.
2)      Secara terminologi
Prof. Toha Yahya Oemar, MA. mengatakan bahwa dakwah adalah “mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat”.[1]
b.      Psikologi
1)      Secara etimologi
Kata “psikologi” merupakan alih kata dari bahasa Inggris psychology dan arti ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu psycho dan logos. Adapun psycho berarti “jiwa”, sedangkan logos berarti “pengetahuan atau ilmu”. Jadi secara etimologis, psikologi dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa.[2]
2)      Secara terminologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses adaptasi manusia dengan alam sekitarnya.[3]

c.       Psikologi dakwah
Definisi psikologi dakwah menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed. adalah “ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari/membahas tentang segala gejala hidup kejiwaan baik da'i ataupun mad’u yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah”.[4]
Psikologi dakwah dapat juga didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidup kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman ajaran-ajaran Islam demi kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat.[5]

B.     RUANG LINGKUP PSIKOLOGI DAKWAH

Dengan memperhatikan sasaran atau obyek dakwah atau penerangan agama yang berupa remaja baik secara individual maupun social atau kolektif dengan berbagai latar belakang sosial-kulturalnya, maka psikologi dakwah mempunyai tugas untuk memberikan kepada kita suatu pengertian tentang pentingnya memahami tingkah laku remaja, bagaimana meramalkannya serta mengontrolnya. Dengan demikian di dalam psikologi dakwah terdapat pendekatan analisis terhadap tingkah laku remaja dari berbagai aspek ilmu yang bersumber pada pandangan psikologi perorangan dan masyarakat atau kelompok.

C.    REMAJA SEBAGAI SASARAN DAKWAH

A.    Remaja Ditinjau dari Psikologi Perkembangan
Remaja selalu berubah, ia tidak statis, akan tetapi dinamis sifatnya. Ia selalu berubah hingga “roh” meninggalkan jasadnya. Perkembangan terjadi secara teratur.
Perkembangan dalam kaca mata ahli Biologi, “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam suatu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Sehingga perkembangan hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk ketika tingkah laku mencapai kematangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan para ahli jiwa, secara umumnya mengklasifikasikan adanya 3 kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan dan melahirkan 3 teori pula:
1.Nativisme
Dari asal katanya adalah natus yang artinya lahir. Nativus maknanya kelahiran, pembawaan. Teori nativisme mengatakan bahwa perkembangan semata-mata ditentukan oleh pembawaan, yaitu pembawaan yang dibawa sejak lahir.[6]
Teori ini ditunjang argumentasi pengalaman sehari-hari adanya kesamaan/kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya.
2.      Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri, yang maknanya pengalaman. Teori empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata tergantung pada faktor lingkungan.
3.      Konvergensi
Teori ini pertama kali dirumuskan oleh W. Stern, sekaligus menjadi tokohnya. Teori ini berpendapat bahwa di dalam perkembangan individu itu, baik dasar (pembawaan) / lingkungan, kedua-duanya turut menentukan.

B.     Remaja Ditinjau dari Psikologi Kepribadian
Di dalam pergaulan dan percakapan sehari-hari tidak jarang kita mendengarkan dan bahkan menggunakan kata pribadi atau kepribadian, kita mengucapkan kata “kepribadian” tanpa memikirkan lebih lanjut apa arti yang sebenarnya dari kata itu. Dengan demikian kata “pribadi/kepribadian” perlu mendapatkan proporsi yang cukup dalam kajian ini.
1.      Makna kepribadian
Kepribadian adalah suatu totalitas terorganisir dari disposisi-disposisi psikis manusia yang individual, yang memungkinkan untuk membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lainnya.[7]
Lain lagi dengan Gordon W. Allport menyatakan bahwa memandang kepribadian sebagai suatu totalitas kemampuan psikis dan fisik manusia dalam kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan.
         Sedangkan May mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah nilai stimulus sosial. Jadi, ada kecenderungan manusia sebagai makhluk sosial.
2.      Keseimbangan dalam kepribadian
Dalam kepribadian manusia kadang terkandung sifat hewani yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya dalam kelangsungan hidupnya. Setelah empat belas abad diturunkan al-Qur'an, muncullah Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, mengklasifikasikan kepribadian manusia menjadi 3 bagian: Id, Ego dan Super ego.
-   Id                  : Bagian dari jiwa yang memuat berbagai rangsangan yang timbul dari tubuh.
-   Ego               : Bagian jiwa yang memegang kendali dan menguasai      berbagai keinginan instruktif yang timbul dari Id.
-   Super ego     : Bagian jiwa yang terdiri dari ajaran-ajaran.

D.    MOTIVASI SEBAGAI MODEL PENDEKATAN DAKWAH ISLAM PADA REMAJA
a)      Pengertian dan Macam Motivasi
Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada posisi penentu bagi kegiatan hidup individual dalam usaha mencapai cita-cita.
Motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri atau kepribadian seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha-usaha mencapai tujuan.
Macam-macam motivasi
-          Menurut Chaplin:
a.       Physiological drive : Dorongan fisik seperti makan, minum, haus.
b.      Social motives         : Dorongan yang berhubungan dengan orang lain seperti dorongan ingin selalu berbuat baik.
-    Menurut Wood Worth dan Marquis:
a.       Kebutuhan-kebutuhan organis : Motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam, ex: makan, minum.
b.      Motivasi darurat    :  Dorongan untuk menyelamatkan diri.
c.       Motivasi obyektif  :  Dorongan yang diarahkan kepada obyek/tujuan tertentu, ex: kebutuhan untuk eksplorasi, menaruh minat.
-    Selain tokoh di atas, ada juga yang membagi motivasi menjadi dua:
a.       Motivasi intrinsik    :  Motivasi yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar, ex: motif untuk berprestasi.
b.      Motivasi ekstrinsik  :  Motivasi yang datang karena ada rangsangan dari luar, ex: seseorang yang belajar karena ujian.

b)     Teknik Motivasi
-    Menggerakkan  :  Motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
-    Mengarahkan    :  Motivasi mengarah tingkah laku, dengan demikian motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan.
-    Menopang        :  Artinya motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dengan arah dorongan.

c)      Motivasi Keagamaan
Ketika remaja melakukan perbuatan, disadari atau tidak sebenarnya ia digerakkan oleh suatu sistem di dalam dirinya yang disebut nafs. Dorongan tersebut meliputi dorongan fisiologis dan dorongan psikologis.
4.Dorongan fisiologis
-    Dorongan untuk menjaga diri
-    Dorongan untuk mempertahankan kelestarian hidup:
·         Dorongan seksual
·         Dorongan keibuan
5.Dorongan psikis
-    Dorongan untuk memiliki
-    Dorongan untuk memusuhi
-    Dorongan berkompetisi
Tujuan motivasi bagi dari ialah menggerakkan/memacu obyek dakwah agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai.
Selain sebagai makhluk sosial dan individual, remaja juga makhluk berkebutuhan yang secara insting mengakui bahwa ada sesuatu di luar dirinya yang melebihi kekuatan remaja itu sendiri (motif theogenetis)

E.     INTERAKSI DAN MOTIVASI DALAM DAKWAH
a)      Pengertian Interaksi dan Komunikasi
Di dalam proses kegiatan dakwah itu terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan baik.
Faktor-faktor tersebut adalah menyangkut hal-hal seperti pelaksana dakwah / juru dakwah, obyek dakwah, lingkungan dakwah, media dakwah, dan tujuan dakwah.
Namun dalam prosesnya, faktor-faktor tersebut diperlukan adanya sistem interaksi dan komunikasi yang mantap dan terarah secara sistematis dan konsisten sehingga terbentuklah pola hubungan yang bersifat interaksional.[8]
1.      Interaksi
Interaksi sosial merupakan perilaku timbal balik di mana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri dengan tindakan yang dilakukan orang lain. karena dalam interaksi sosial terdapat tindakan saling mempengaruhi, sehingga timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal balik, baik disadari atau tidak.
2.      Komunikasi
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi, individu tidak mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya.
Raymond S.Sos. mendefinisikan komunikasi sebagai proses pemilikan lambang secara kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri, respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.

b)     Faktor Dasar Interaksi dan Komunikasi
1.Faktor interaksi
Ada empat faktor dasar dalam interaksi sosial, yaitu faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
a.       Imitasi adalah faktor dasar dari interaksi sosial yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku orang banyak.
b.      Sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
c.       Identifikasi adalah sebuah dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Kecenderungan di sini bersifat tidak sadar dan irasional.
d.      Simpati adalah perasaan tertarik seseorang terhadap orang lain.
  1. Faktor komunikasi
Faktor bahasa merupakan salah satu alat interaksi sosial. bahkan para ahli seperti Wundt menganggap bahasa sebagai elemen (unsur) yang paling penting dalam masyarakat. karena di dalamnya unsur-unsur individual disenyawakan dengan jiwa masyarakatnya.

F.     DAKWAH PERSUASIF

  1. Makna Dakwah Persuasif
Dakwah adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik individu ataupun masyarakat. dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, dakwah adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Dakwah dalam menghadapi situasi dan kondisi masyarakat yang kompleks ini, maka dakwah perlu menerapkan strategi yang multi kompleks pula. Salah satunya adalah “pendekatan persuasif”.
Persuasif, berasal dari istilah bahasa Inggris persuasion. Sedangkan istilah persuasion itu sendiri diturunkan dari bahasa latin persuasio, sedang verb (kata kerja)nya dalam bahasa Inggris to persuade yang dapat diartikan sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan dakwah persuasif adalah upaya merealisasikan ajaran Islam dalam segala lapangan kehidupan manusia, baik dengan dakwah bil lisan, ataupun memanfaatkan teknologi cetak sebagai medianya.
Dan persuasi, dalam arti yang semurni-murninya yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta kebudayaan komunikan, untuk mempengaruhinya dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message.
Dalam konteks ini, dakwah persuasif dapat diberi batasan sebagai upaya menyebarkan agama Islam dengan melihat latar belakang kehidupan mad’u. atau dengan kata lain dakwah dilihat dari multi konteks kehidupan obyek dakwahnya. Karenanya dakwah persuasif merupakan dakwah aplikatif.

  1. Kelebihan dan Hambatan Dakwah Persuasif
Suatu kekeliruan besar jika kita mengira bahwa dakwah persuasif yang telah kita upayakan semaksimal mungkin, sesuai dengan teori-teori dan buku yang telah dibacanya, akan diterima oleh mad’u sesuai dengan apa yang diinginkan.

a)Hambatan
Dalam hal ini ada beberapa hal yang menghambat dakwah persuasif, antara lain:
a.       Noise faktor
Hambatan yang berupa suara, baik disengaja atau tidak ketika dakwah berlangsung. Diakui atau tidak hal ini sangat mengganggu berhasil tidaknya proses dakwah persuasif tersebut.
b.      Sematic faktor
Hambatan ini berupa pemakaian kosakata yang tidak dipahami oleh mad’u. Di sinilah pentingnya seorang da'i memahami frame of reference dari obyek dakwah. “Kita harus mampu mengaplikasikan rasa iman dan taqwa dalam kehidupan”, demikian kata da'i muda pada masyarakat lulusan SD. Maka bisa dipastikan mad’u tidak dapat menangkap bahasa yang digunakan oleh da'i.
c.       Interest
Dakwah harus mampu menyodorkan message yang mampu membangkitkan interest dari mad’u. Sebab pada dasarnya setiap remaja memiliki “interest yang berbeda”. bagaimana keahlian seorang da'i mengepak materi dakwah sehingga mad’u tidak interest, niscaya feed back dalam dakwah akan bersifat negatif.
d.      Motivasi
Motivasi ini dilihat dari sudut mad’u, bukan pada da'i, artinya motivasi dapat dikatakan sebagai penghambat jika motivasi mad’u mendatangi aktivitas dakwah bersifat negatif. Motivasi sendiri sesungguhnya bukan merupakan hambatan, akan tetapi apabila isi komunikasi bertentangan dengan motivasi komunikan, maka komunikasi mungkin mengalami hambatan bahkan mungkin sekali kegagalan.
e.       Prejudice
Prasangka adalah hambatan yang paling berat terhambat kegiatan dakwah persuasif. Dalam prejudice emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas dasar syak wasangka tanpa menggunakan pemikiran yang rasional.
b)      Kelebihan
a.       Message yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan mad’u.
b.      Keberhasilan dakwah akan semakin optimal, karena dakwah persuasif sangat memperhatikan kebutuhan dasar remaja
c.       Da'i lebih memahami keadaan psikologis mad’u.



BAB III
KESIMPULAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan-pembahasan yang telah terpapar sebelumnya, bahwa dakwah sebagai sebuah proses penyebaran ajaran-ajaran agama Islam dari seorang da'i kepada mad’u membutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif, efisien dan inovatif sehingga proses dakwah tersebut menjadi lebih persuasif dalam membentuk kepribadian mad’u menjadi insan kamil.
Membentuk kepribadian seseorang menjadi insan kamil itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi membutuhkan suatu ijtihad yang sungguh-sungguh dari pihak da'i sebagai komunikator firman-firman Tuhan.
Dakwah sebagaimana tersebut di atas agar lebih persuasif terhadap mad’u/komunikan, maka di sinilah kemudian menjadi hal yang urgen bagi para da'i untuk mengetahui kondisi psikologi dari mad’u yang menjadi sasaran dakwah. Dan untuk hal terakhir yang tersebut, maka seorang da'i penting untuk mengetahui dan memahami psikologi remaja, baik sebagai ilmu teoritis maupun praktis, dalam konteks dakwah yang dilakoninya.           




DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1977. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bulan Bintang.
________, 1990. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Faizah & Muchsin Effendi. 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana.
Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.
Oemar, Toha Yahya. 1976. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya.
Soemanto, Wasty. 1988. Pengantar Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.
Suardiman, Siti Partini. 1990. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: FIP KIP.
Suryopratondo, Suparlan. 1980. Ilmu Jiwa Kepribadian. Jakarta: PT. Paryu Barkah.
 





futnot

[1] Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1976), hal. 1.
[2] Wasty Soemanto, Pengantar Psikologi (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 14.
[3] W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Eresco, 1988), hal. 28.
[4] Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 29.
[5] Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 8.
[6] Siti Partini Suardiman, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: FIP KIP, 1990), hal. 17.
[7] Suparlan Suryopratondo, Ilmu Jiwa Kepribadian (Jakarta: PT. Paryu Barkah, 1980), hal. 109.
[8] Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 60.

3 komentar:

http://www.facebook.com/theicol