DAKWAH ISLAM PADA REMAJA
MAKALAH
” PENGANTAR STUDI ISLAM ”
Oleh:
Faisol Huda :
B74210076
KLAS : 1E2
SEMESTER : 1
Dosen Pembimbing :
RUDY AL HANA, M.Ag
FAKULTAS
DAKWAH
JURUSAN MANAJEMEN
DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2010
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dakwah mengajak remaja kepada Allah dengan hikmah
dan nasehat yang baik, sehingga mereka meninggalkan Thaghut dan beriman kepada
Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi
banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia.
Dari semua fase perkembangan manusia tersebut,
salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja.
Para orang tua, pendidik dan para tenaga
profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk
menangani para remaja ini. Seberapa besarkah pentingnya untuk menangani masa remaja dan seberapa besar pengaruhnya
untuk kehidupan dimasa depan individu tersebut? Banyaknya permasalahan dan
krisis yang terjadi pada masa remaja ini menjadikan banyak ahli dalam bidang dakwah.
Pada masa ini perubahan terjadi sangat drastis dan mengakibatkan terjadinya
kondisi yang serba tanggung dan diwarnai oleh kondisi psikis yang belum mantap,
selain dari pada itu periode ini pun dinilai sangat
penting.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan
masalahnya sebagai berikut :
A. Bagaimana Pengertian Dakwah Islam pada Remaja
?
B.
Apa
tujuan Ruang Lingkup Psikologi Dadwah ?
C.
Apa maksudnya Remaja Sebagai Sasaran Dakwah ?
D.
Apa Motivasi
Sebagai Model Pendidikan Dakwah Islam Pada Remaja itu?
E.
Apa yang
di maksud Intreraksi dan Motivasi Dalam Dakwah ?
F. Apa yang di maksud Dakwah Persuasif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
- Pengertian Dakwah Islam pada Remaja
Mengingat Dakwah Islam pada
Remaja merupakan sintesis 2 disiplin ilmu, yaitu “ ilmu dakwah” dan “ ilmu psikologi”,
maka di sini penulis berusaha mengetengahkan pengertian pisikokogi dakwah dari
2 disiplin ilmu tersebut.
a.
Dakwah
1)
Secara etimologi
Dakwah sebagai suatu istilah, hakikatnya memiliki
pengertian secara khusus. Secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yang
bermakna “panggilan, ajakan, seruan”. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata
“dakwah” berbentuk sebagai isim masdar. Kata ini berasal dari fi’il
(kata kerja) da’a (دعا) – yad’u (يدعو), yang artinya memanggil,
mengajak, atau menyeru.
2)
Secara terminologi
Prof. Toha Yahya Oemar, MA. mengatakan bahwa dakwah
adalah “mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan
akhirat”.[1]
b.
Psikologi
1)
Secara etimologi
Kata “psikologi” merupakan alih kata dari bahasa
Inggris psychology dan arti ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu psycho
dan logos. Adapun psycho berarti “jiwa”, sedangkan logos
berarti “pengetahuan atau ilmu”. Jadi secara etimologis, psikologi dapat
diartikan sebagai pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa.[2]
2)
Secara terminologi
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang proses adaptasi manusia dengan alam sekitarnya.[3]
c.
Psikologi dakwah
Definisi psikologi dakwah menurut Drs. H.M. Arifin,
M.Ed. adalah “ilmu pengetahuan yang bertugas mempelajari/membahas tentang
segala gejala hidup kejiwaan baik da'i ataupun mad’u yang terlibat dalam proses
kegiatan dakwah”.[4]
Psikologi dakwah dapat juga didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan
hidup kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman ajaran-ajaran Islam demi
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan akhirat.[5]
B.
RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
DAKWAH
Dengan memperhatikan sasaran atau obyek dakwah atau penerangan
agama yang berupa remaja baik secara individual maupun social atau kolektif
dengan berbagai latar belakang sosial-kulturalnya, maka psikologi dakwah
mempunyai tugas untuk memberikan kepada kita suatu pengertian tentang
pentingnya memahami tingkah laku remaja, bagaimana meramalkannya serta
mengontrolnya. Dengan demikian di dalam psikologi dakwah terdapat pendekatan
analisis terhadap tingkah laku remaja dari berbagai aspek ilmu yang bersumber
pada pandangan psikologi perorangan dan masyarakat atau kelompok.
C.
REMAJA SEBAGAI SASARAN
DAKWAH
A.
Remaja Ditinjau dari Psikologi Perkembangan
Remaja selalu berubah, ia
tidak statis, akan tetapi dinamis sifatnya. Ia selalu berubah hingga “roh”
meninggalkan jasadnya. Perkembangan terjadi secara teratur.
Perkembangan dalam kaca mata
ahli Biologi, “perkembangan” dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan-perubahan
dalam bentuk atau bagian tubuh dan integrasi berbagai bagiannya ke dalam suatu
kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung. Sehingga perkembangan
hanya dapat diamati dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam bentuk
ketika tingkah laku mencapai kematangan.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan para ahli jiwa, secara umumnya mengklasifikasikan
adanya 3 kelompok faktor-faktor yang mempengaruhi proses perkembangan dan
melahirkan 3 teori pula:
1.Nativisme
Dari asal katanya adalah natus
yang artinya lahir. Nativus maknanya kelahiran, pembawaan. Teori
nativisme mengatakan bahwa perkembangan semata-mata ditentukan oleh pembawaan,
yaitu pembawaan yang dibawa sejak lahir.[6]
Teori ini ditunjang argumentasi pengalaman sehari-hari adanya kesamaan/kemiripan
antara orang tua dengan anak-anaknya.
2.
Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri,
yang maknanya pengalaman. Teori empirisme berpendapat bahwa perkembangan itu
semata-mata tergantung pada faktor lingkungan.
3.
Konvergensi
Teori ini pertama kali
dirumuskan oleh W. Stern, sekaligus menjadi tokohnya. Teori ini berpendapat
bahwa di dalam perkembangan individu itu, baik dasar (pembawaan) / lingkungan,
kedua-duanya turut menentukan.
B.
Remaja Ditinjau dari Psikologi Kepribadian
Di dalam pergaulan dan
percakapan sehari-hari tidak jarang kita mendengarkan dan bahkan menggunakan
kata pribadi atau kepribadian, kita mengucapkan kata “kepribadian” tanpa
memikirkan lebih lanjut apa arti yang sebenarnya dari kata itu. Dengan demikian
kata “pribadi/kepribadian” perlu mendapatkan proporsi yang cukup dalam kajian
ini.
1.
Makna kepribadian
Kepribadian adalah suatu totalitas terorganisir dari
disposisi-disposisi psikis manusia yang individual, yang memungkinkan untuk
membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi lainnya.[7]
Lain lagi dengan Gordon W. Allport menyatakan bahwa memandang
kepribadian sebagai suatu totalitas kemampuan psikis dan fisik manusia dalam
kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Sedangkan May mendefinisikan
kepribadian sebagai sebuah nilai stimulus sosial. Jadi, ada kecenderungan
manusia sebagai makhluk sosial.
2.
Keseimbangan dalam kepribadian
Dalam kepribadian manusia kadang terkandung sifat
hewani yang tercermin dalam berbagai kebutuhan fisik yang harus dipenuhinya
dalam kelangsungan hidupnya. Setelah empat belas abad diturunkan al-Qur'an,
muncullah Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, mengklasifikasikan kepribadian
manusia menjadi 3 bagian: Id, Ego dan Super ego.
-
Id : Bagian dari jiwa yang memuat berbagai rangsangan
yang timbul dari tubuh.
-
Ego : Bagian jiwa yang memegang kendali dan menguasai berbagai keinginan instruktif yang timbul
dari Id.
- Super ego : Bagian jiwa
yang terdiri dari ajaran-ajaran.
D.
MOTIVASI SEBAGAI MODEL PENDEKATAN DAKWAH ISLAM PADA REMAJA
a)
Pengertian dan Macam
Motivasi
Banyak para ahli psikologi menempatkan motivasi pada
posisi penentu bagi kegiatan hidup individual dalam usaha mencapai cita-cita.
Motivasi adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri
atau kepribadian seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan
reaksi-reaksi dalam usaha-usaha mencapai tujuan.
Macam-macam motivasi
-
Menurut Chaplin:
a.
Physiological drive : Dorongan
fisik seperti makan, minum, haus.
b.
Social motives : Dorongan
yang berhubungan dengan orang lain seperti dorongan ingin selalu berbuat baik.
-
Menurut Wood Worth dan Marquis:
a.
Kebutuhan-kebutuhan organis :
Motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dalam, ex: makan, minum.
b.
Motivasi darurat : Dorongan
untuk menyelamatkan diri.
c.
Motivasi obyektif : Dorongan
yang diarahkan kepada obyek/tujuan tertentu, ex: kebutuhan untuk eksplorasi,
menaruh minat.
-
Selain tokoh di atas, ada juga
yang membagi motivasi menjadi dua:
a.
Motivasi intrinsik : Motivasi
yang berasal dari diri seseorang tanpa dirangsang dari luar, ex: motif untuk
berprestasi.
b. Motivasi ekstrinsik : Motivasi yang datang karena
ada rangsangan dari luar, ex: seseorang yang belajar karena ujian.
b)
Teknik Motivasi
-
Menggerakkan : Motivasi
menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan
cara tertentu.
-
Mengarahkan : Motivasi
mengarah tingkah laku, dengan demikian motivasi menyediakan suatu orientasi
tujuan.
-
Menopang : Artinya
motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku. Lingkungan sekitar
harus menguatkan intensitas dengan arah dorongan.
c)
Motivasi Keagamaan
Ketika remaja melakukan perbuatan, disadari atau
tidak sebenarnya ia digerakkan oleh suatu sistem di dalam dirinya yang disebut nafs.
Dorongan tersebut meliputi dorongan fisiologis dan dorongan psikologis.
4.Dorongan fisiologis
-
Dorongan untuk menjaga diri
- Dorongan untuk mempertahankan kelestarian
hidup:
·
Dorongan seksual
·
Dorongan keibuan
5.Dorongan psikis
-
Dorongan untuk memiliki
-
Dorongan untuk memusuhi
-
Dorongan berkompetisi
Tujuan motivasi bagi dari ialah menggerakkan/memacu
obyek dakwah agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga
tujuan dakwah dapat tercapai.
Selain sebagai makhluk sosial dan individual, remaja
juga makhluk berkebutuhan yang secara insting mengakui bahwa ada sesuatu di
luar dirinya yang melebihi kekuatan remaja itu sendiri (motif theogenetis)
E.
INTERAKSI DAN MOTIVASI
DALAM DAKWAH
a)
Pengertian Interaksi dan
Komunikasi
Di dalam proses kegiatan dakwah itu terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan kegiatan dakwah dapat berlangsung dengan baik.
Faktor-faktor tersebut adalah menyangkut hal-hal
seperti pelaksana dakwah / juru dakwah, obyek dakwah, lingkungan dakwah, media
dakwah, dan tujuan dakwah.
Namun dalam prosesnya, faktor-faktor tersebut
diperlukan adanya sistem interaksi dan komunikasi yang mantap dan terarah
secara sistematis dan konsisten sehingga terbentuklah pola hubungan yang
bersifat interaksional.[8]
1.
Interaksi
Interaksi sosial merupakan perilaku timbal balik di
mana masing-masing individu dalam proses itu mengharapkan dan menyesuaikan diri
dengan tindakan yang dilakukan orang lain. karena dalam interaksi sosial
terdapat tindakan saling mempengaruhi, sehingga timbullah
kemungkinan-kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku
masing-masing secara timbal balik, baik disadari atau tidak.
2.
Komunikasi
Komunikasi adalah suatu faktor yang penting bagi
perkembangan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi, individu tidak
mungkin dapat berkembang dengan normal dalam lingkungan sosialnya.
Raymond
S.Sos. mendefinisikan komunikasi sebagai proses pemilikan lambang secara
kognitif begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari
pengalamannya sendiri, respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.
b)
Faktor Dasar Interaksi
dan Komunikasi
1.Faktor interaksi
Ada empat faktor dasar dalam interaksi sosial, yaitu
faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati.
a.
Imitasi adalah faktor dasar
dari interaksi sosial yang menyebabkan keseragaman dalam pandangan dan tingkah
laku orang banyak.
b.
Sugesti adalah suatu proses
dimana seorang individu dapat menerima suatu cara penglihatan atau pedoman
tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
c.
Identifikasi adalah sebuah
dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Kecenderungan di sini
bersifat tidak sadar dan irasional.
d.
Simpati adalah perasaan
tertarik seseorang terhadap orang lain.
- Faktor komunikasi
Faktor bahasa merupakan salah satu alat interaksi
sosial. bahkan para ahli seperti Wundt menganggap bahasa sebagai elemen (unsur)
yang paling penting dalam masyarakat. karena di dalamnya unsur-unsur individual
disenyawakan dengan jiwa masyarakatnya.
F.
DAKWAH PERSUASIF
- Makna Dakwah Persuasif
Dakwah adalah hubungan kontak antar dan antara
manusia, baik individu ataupun masyarakat. dalam kehidupan sehari-hari disadari
atau tidak, dakwah adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri.
Dakwah dalam menghadapi situasi dan kondisi masyarakat
yang kompleks ini, maka dakwah perlu menerapkan strategi yang multi kompleks
pula. Salah satunya adalah “pendekatan persuasif”.
Persuasif, berasal dari
istilah bahasa Inggris persuasion. Sedangkan istilah persuasion
itu sendiri diturunkan dari bahasa latin persuasio, sedang verb
(kata kerja)nya dalam bahasa Inggris to persuade yang dapat diartikan
sebagai membujuk, merayu, meyakinkan, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan dakwah
persuasif adalah upaya merealisasikan ajaran Islam dalam segala lapangan
kehidupan manusia, baik dengan dakwah bil lisan, ataupun memanfaatkan
teknologi cetak sebagai medianya.
Dan persuasi, dalam arti
yang semurni-murninya yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis
dan sosiologis serta kebudayaan komunikan, untuk mempengaruhinya dan mencapai
perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message.
Dalam konteks ini, dakwah
persuasif dapat diberi batasan sebagai upaya menyebarkan agama Islam dengan
melihat latar belakang kehidupan mad’u. atau dengan kata lain dakwah dilihat
dari multi konteks kehidupan obyek dakwahnya. Karenanya dakwah persuasif
merupakan dakwah aplikatif.
- Kelebihan dan Hambatan Dakwah Persuasif
Suatu kekeliruan besar jika
kita mengira bahwa dakwah persuasif yang telah kita upayakan semaksimal
mungkin, sesuai dengan teori-teori dan buku yang telah dibacanya, akan diterima
oleh mad’u sesuai dengan apa yang diinginkan.
a)Hambatan
Dalam hal ini ada beberapa hal yang menghambat dakwah
persuasif, antara lain:
a.
Noise faktor
Hambatan yang berupa suara, baik disengaja atau tidak
ketika dakwah berlangsung. Diakui atau tidak hal ini sangat mengganggu berhasil
tidaknya proses dakwah persuasif tersebut.
b.
Sematic faktor
Hambatan ini berupa pemakaian kosakata yang tidak
dipahami oleh mad’u. Di sinilah pentingnya seorang da'i memahami frame of
reference dari obyek dakwah. “Kita harus mampu mengaplikasikan rasa iman
dan taqwa dalam kehidupan”, demikian kata da'i muda pada masyarakat lulusan SD.
Maka bisa dipastikan mad’u tidak dapat menangkap bahasa yang digunakan oleh
da'i.
c.
Interest
Dakwah harus mampu menyodorkan message yang
mampu membangkitkan interest dari mad’u. Sebab pada dasarnya setiap remaja
memiliki “interest yang berbeda”. bagaimana keahlian seorang da'i mengepak
materi dakwah sehingga mad’u tidak interest, niscaya feed back dalam
dakwah akan bersifat negatif.
d.
Motivasi
Motivasi ini dilihat dari sudut mad’u, bukan pada
da'i, artinya motivasi dapat dikatakan sebagai penghambat jika motivasi mad’u
mendatangi aktivitas dakwah bersifat negatif. Motivasi sendiri sesungguhnya
bukan merupakan hambatan, akan tetapi apabila isi komunikasi bertentangan
dengan motivasi komunikan, maka komunikasi mungkin mengalami hambatan bahkan
mungkin sekali kegagalan.
e.
Prejudice
Prasangka adalah hambatan yang paling berat terhambat
kegiatan dakwah persuasif. Dalam prejudice emosi memaksa seseorang untuk
menarik kesimpulan atas dasar syak wasangka tanpa menggunakan pemikiran yang
rasional.
b)
Kelebihan
a.
Message yang disampaikan sesuai
dengan kebutuhan mad’u.
b.
Keberhasilan dakwah akan
semakin optimal, karena dakwah persuasif sangat memperhatikan kebutuhan dasar remaja
c.
Da'i lebih memahami keadaan
psikologis mad’u.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari pembahasan-pembahasan yang telah terpapar sebelumnya, bahwa
dakwah sebagai sebuah proses penyebaran ajaran-ajaran agama Islam dari seorang
da'i kepada mad’u membutuhkan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif, efisien
dan inovatif sehingga proses dakwah tersebut menjadi lebih persuasif dalam
membentuk kepribadian mad’u menjadi insan kamil.
Membentuk kepribadian seseorang menjadi insan kamil itu tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi membutuhkan suatu ijtihad yang
sungguh-sungguh dari pihak da'i sebagai komunikator firman-firman Tuhan.
Dakwah sebagaimana tersebut di atas agar lebih persuasif terhadap
mad’u/komunikan, maka di sinilah kemudian menjadi hal yang urgen bagi para da'i
untuk mengetahui kondisi psikologi dari mad’u yang menjadi sasaran dakwah. Dan
untuk hal terakhir yang tersebut, maka seorang da'i penting untuk mengetahui
dan memahami psikologi remaja, baik sebagai ilmu teoritis maupun praktis, dalam
konteks dakwah yang dilakoninya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1977. Psikologi
Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bulan Bintang.
________, 1990. Psikologi dan Beberapa Aspek
Kehidupan Rohaniah Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Faizah & Muchsin Effendi. 2006. Psikologi
Dakwah. Jakarta: Kencana.
Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.
Oemar, Toha Yahya.
1976. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya.
Soemanto, Wasty.
1988. Pengantar Psikologi. Jakarta: Bina Aksara.
Suardiman, Siti
Partini. 1990. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: FIP KIP.
Suryopratondo, Suparlan. 1980. Ilmu Jiwa Kepribadian.
Jakarta: PT. Paryu Barkah.
futnot
[1] Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1976), hal.
1.
[2] Wasty Soemanto, Pengantar Psikologi (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hal. 14.
[3] W.A. Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: PT. Eresco, 1988),
hal. 28.
[4] Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta:
Bulan Bintang, 1977), hal. 29.
[5] Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta:
Kencana, 2006), hal. 8.
[6] Siti Partini Suardiman, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta:
FIP KIP, 1990), hal. 17.
[7] Suparlan Suryopratondo, Ilmu Jiwa Kepribadian (Jakarta: PT.
Paryu Barkah, 1980), hal. 109.
[8] Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 60.
setelah copas tinggalkan pesan
BalasHapusselesai tugas makalah saya , terimksih ya mas.
BalasHapusPisces
Karbohidrat
Windows 8
Sip, ijin copas sebagian
BalasHapus