Rabu, 03 Juli 2013

SEJARAH PRADABAN ISLAM DI INDONESIA



SEJARAH PRADABAN ISLAM DI INDONESIA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah SEJARAH PERADABAN ISLAM 
Dosen Pembimbing :
Drs. M. Taqwim Suji
Disusun Oleh :
FAISOL HUDA
( B74210076 )

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “SEJARAH PERADAPAN ISLAN DI INDONESIA” ini dengan baik.
Sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke arah kebaikan.
Dalam menyusun penulisan tugas ini saya mendapat dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada :
1.      Orang Tua kami yang tidak pernah bosan mendoakan kami dengan tulus dan ikhlas.
2.      Dosen Pembimbing kami Bapak Drs. M. Taqwim Suji
3.      Mahasiswa/i Fakultas Dakwah, yang banyak memberikan dukungan dan ide-ide dalam menyelesaikan tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini banyak kekurangan, kesalahan, dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sebagai penulis mohon saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Harapan kami semoga dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan khususnya bagi Mahasiswa/i IAIN Sunan Ampel Surabaya.


Surabaya, 23 MARET 2011


ii
 
Penulis,
KATA PENGANTAR ...............................................................................            i
DAFTAR ISI ...............................................................................................           ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................           1
A.    Latar Belakang ............................................................................           1
B.     Rumusan .....................................................................................           2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................           3
A.    Awal Penyiaran Islam di indonesia ............................................           3
B. Factor pentin yang menyebabkan masyarakat Islam mudah
 berkembang di Aceh                      4
C.      Pada Zaman  Kerajaan Samudra Pasai.......................................           6
D.    Pada Zaman  Kerajaan Perlak......................................................           7
E.     Pada Zaman Aceh Darussalam....................................................           8
BAB III PENUTUP ....................................................................................         13
A.    Kesimpulan .................................................................................         13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................         14


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M, menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.[1] Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.
 Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia. Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan oleh Islam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhan dan pengajaran tentang moral.
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh menjadi pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan adanya sistem pendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi sistem pendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang pusat pengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan di daerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk dan berkembangnya Islam di Aceh, dan pusat pengkajian Islam pada masa tiga kerajaan besar Islam di Aceh.
Tidak sedikit dari para ahlai sejarah beda pendapat. Ada yang mengatakan pada adad pertama Hijriyah, kedua Hijriyah, dan sebagainya. Mengenai dimana para ahi sependapat yaitu di pesisir sumater bagian barat; Hanya perbedaannya: ada yang mengatakan di perlak atau  di pase; ada yang mengatakan di Aceh Besar atau di Jaya dan ada yang mengatakan di Barus.
Dalam kajian makalah ini, penulis akan membahas tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia yang didalamnya terdapat beberapa penda-pendapat para ahli sejarah, Kebudayaan Islam, Pendidikan Islam, Kesenian Islam, dan perkembangan Islam serta faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran Islam di masing-masing wilayah, yang akan dijelaskan lebih rinci dalam makalah ini.
B.     Rumusan
1.      Bagaimana proses masuknya Islam di di Indonesia?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan dan penyebaran di indonesi?
3.      Bagaimana islam pada Zaman  Kerajaan Samudra Pasai?
4.      Bagaimana islam pada Zaman Kerajaan Perlak?
5.      Bagaimana islam pada Zaman Aceh Darussalam?

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Awal Masuknya Islam di indonesia:
Hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh.[2] Berdasarkan kesimpulan seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia yang berlangsung di Medan pada tanggal 17 – 20 Maret 1963 yaitu Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan langsung dari Arab.
1.      Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatera, adapun kerajaan Islam yang pertama adalah di Pasai.
2.      Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses penyiaran Islam dilakukan secara damai.
3.      Keterangan Islam di Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia.[3]
ada yang mengatakan dari India Masuknya Islam ke Indonesia, dari Persia, atau dari Arab.[4] Dan jalur yang digunakan adalah:
1.      Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran
2.      Dakwah, yang dilakukan oleh mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang, para mubaligh itu bisa dikatakan sebagai sufi pengembara.
3.       Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang muslim, mubaligh dengan anak bangsawan Indonesia, yang menyebabkan terbentuknya inti sosial yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim.
4.      Pendidikan. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.
5.      Kesenian. Jalur yang banyak sekali dipakai untuk penyebaran Islam terutama di Jawa adalah seni.
Bentuk agama Islam itu sendiri mempercepat penyebaran Islam, apalagi sebelum masuk ke Indonesia telah tersebar terlebih dahulu ke daerah-daerah Persia dan India, dimana kedua daerah ini banyak memberi pengaruh kepada perkembangan kebudayaan Indonesia. Dalam perkembangan agama Islam di daerah Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh tersebut tidak hanya berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari Negeri sendiri.
2.      faktor penting yang menyebabkan masyarakat Islam mudah berkembang di Aceh, yaitu:
1.      Letaknya sangat strategis dalam hubungannya dengan jalur Timur Tengah dan Tiongkok.
2.      Pengaruh Hindu – Budha dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang tidak begitu berakar kuat dikalangan rakyat Aceh, karena jarak antara Palembang dan Aceh cukup jauh.[5]
Sedangkan Hasbullah mengutip pendapat Prof. Mahmud Yunus, memperinci faktor-faktor yang menyebabkan Islam dapat cepat tersebar di seluruh Indonesia antara lain:[6]
a.       Agama Islam tidak sempit dan berat melakukan aturan-aturannya, bahkan mudah ditiru oleh segala golongan umat manusia, bahkan untuk masuk agama Islam saja cukup dengan mengucap dua kalimah syahadat saja.
b.       Sedikit tugas dan kewajiban Islam.
c.       Penyiaran Islam itu dilakukan dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit.
d.      Penyiaran Islam dilakukan dengan cara bijaksana.
e.       Penyiaran Islam dilakukan dengan perkataan yang mudah dipahami umum, dapat dimengerti oleh golongan bawah dan golongan atas.
Konversi massal masyarakat Nusantara kepada Islam pada masa perdagangan terjadi karena beberapa sebab yaitu: [7]
1)      Portilitas (siap pakai) sistem keimanan Islam.
2)      Asosiasi Islam dengan kekayaan. Ketika penduduk pribumi Nusantara bertemu dan berinteraksi dengan orang muslim pendatang di pelabuhan, mereka adalah pedagang yang kaya raya. Karena kekayaan dan kekuatan ekonomi, mereka bisa memainkan peranan penting dalam bidang politik dan diplomatik.
3)      Kejayaan militer. Orang muslim dipandang perkasa dan tangguh dalam peperangan.
4)      Memperkenalkan tulisan. Agama Islam memperkenalkan tulisan ke berbagai wilayah Asia Tenggara yang sebagian besar belum mengenal tulisan. 
5)      Mengajarkan penghapalan Al-Qur’an. Hapalan menjadi sangat penting bagi penganut baru, khususnya untuk kepentingan ibadah, seperti sholat.
6)      Kepandaian dalam penyembuhan. Tradisi tentang konversi kepada Islam berhubungan dengan kepercayaan bahwa tokoh-tokoh Islam pandai menyembuhkan. Sebagai contoh, Raja Patani menjadi muslim setelah disembuhkan dari penyakitnya oleh seorang Syaikh dari Pasai.
7)      Pengajaran tentang moral. Islam menawarkan keselamatan dari berbagai kekuatan jahat dan kebahagiaan di akhirat kelak. 
3.      Zaman  Kerajaan Samudra Pasai.
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).[8] Pada tahun 1345, Ibnu Batutah dari Maroko sempat singgah di Kerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zahir, raja yang terkenal alim dalam ilmu agama dan bermazhab Syafi’i, mengadakan pengajian sampai waktu sholat Ashar dan fasih berbahasa Arab serta mempraktekkan pola hidup yang sederhana.[9] Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:
1)       Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syari’at adalah Fiqh mazhab Syafi’i.
2)      Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis ta’lim dan halaqoh
3)      Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama
4)      Biaya pendidikan bersumber dari Negara.[10]
Pada zaman kerajaan Samudra Pasai mencapai kejayaannya pada abad ke-14 M, maka pendidikan juga tentu mendapat tempat tersendiri. Mengutip keterangan Tome Pires, yang menyatakan bahwa “di Samudra Pasai banyak terdapat kota, dimana antar warga kota tersebut terdapat orang-orang berpendidikan”.[11] Menurut Ibnu Batutah juga, Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.
4.      Kerajaan Perlak
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.[12] Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.[13] Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.
5.      Kerajaan Aceh Darussalam
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).
Bentuk teritorial yang terkecil dari susunan pemerintahan Kerajaan Aceh adalah Gampong (Kampung), yang dikepalai oleh seorang Keucik dan Waki (wakil). Gampong-gampong yang letaknya berdekatan dan yang penduduknya melakukan ibadah bersama pada hari jum’at di sebuah masjid merupakan suatu kekuasaan wilayah yang disebut mukim, yang memegang peranan pimpinan mukim disebut Imeum mukim.[14] Jenjang pendidikan yang ada di Kerajaan Aceh Darussalam diawali pendidikan terendah Meunasah (Madrasah). Yang berarti tempat belajar atau sekolah terdapat di setiap gampong dan mempunyai multi fungsi antara lain:
1)      Sebagai tempat belajar Al-Qur’an
2)       Sebagai Sekolah Dasar, dengan materi yang diajarkan yaitu menulis dan membaca huruf Arab, Ilmu agama, bahasa Melayu, akhlak dan sejarah Islam.
Fungsi lainnya adalah sebagai berikut:
1)         Sebagai tempat ibadah sholat 5 waktu untuk kampung itu.
2)         Sebagai tempat sholat tarawih dan tempat membaca Al-Qur’an di bulan puasa.
3)         Tempat kenduri Maulud pada bulan Mauludan.
4)         Tempat menyerahkan zakat fitrah pada hari menjelang Idhul Fitri atau bulan puasa
5)         Tempat mengadakan perdamaian bila terjadi sengketa antara anggota kampung.
6)         Tempat bermusyawarah dalam segala urusan 
7)         Letak meunasah harus berbeda dengan letak rumah, supaya orang segera dapat mengetahui mana yang rumah atau meunasah dan mengetahui arah kiblat sholat.[15]
Selanjutnya sistem pendidikan di Dayah (Pesantren) seperti di Meunasah tetapi materi yang diajarkan adalah kitab Nahu, yang diartikan kitab yang dalam Bahasa Arab, meskipun arti Nahu sendiri adalah tata bahasa (Arab). Dayah biasanya dekat masjid, meskipun ada juga di dekat Teungku yang memiliki dayah itu sendiri, terutama dayah yang tingkat pelajarannya sudah tinggi. Oleh karena itu orang yang ingin belajar nahu itu tidak dapat belajar sambilan, untuk itu mereka harus memilih dayah yang agak jauh sedikit dari kampungnya dan tinggal di dayah tersebut yang disebut Meudagang. Di dayah telah disediakan pondok-pondok kecil mamuat dua orang tiap rumah. Dalam buku karangan Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, istilah Rangkang merupakan madrasah seringkat Tsanawiyah, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, dan akhlak. Rangkang juga diselenggarakan disetiap mukim.[16]
Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
a.       Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
b.      Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
c.       Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengan sarjana-sarjanaya yang terkenal di dalam dan luar negeri. Sehingga banyak orang luar datang ke Aceh untuk menuntut ilmu, bahkan ibukota Aceh Darussalam berkembang menjadi kota Internasional dan menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. 
Kerajaan Aceh telah menjalin suatu hubungan persahabatan dengan kerajaan Islam terkemuka di Timur Tengah yaitu kerajaan Turki. Pada masa itu banyak pula ulama dan pujangga-pujangga dari berbagai negeri Islam yang datang ke Aceh. Para ulama dan pujangga ini mengajarkan ilmu agama Islam (Theologi Islam) dan berbagai ilmu pengetahuan serta menulis bermacam-macam kitab berisi ajaran agama. Karenanya pengajaran agama Islam di Aceh menjadi penting dan Aceh menjadi kerajaan Islam yang kuat di nusantara. Diantara para ulama dan pijangga yang pernah datang ke kerajaan Aceh antara lain Muhammad Azhari yang mengajar ilmu Metafisika, Syekh Abdul Khair Ibn Syekh Hajar ahli dalam bidang pogmatic dan mistik, Muhammad Yamani ahli dalam bidang ilmu usul fiqh dan Syekh Muhammad Jailani Ibn Hasan yang mengajar logika.[17]
Tokoh pendidikan agama Islam lainnya yang berada di kerajaan Aceh adalah Hamzah Fansuri. Ia merupakan seorang pujangga dan guru agama yang terkenal dengan ajaran tasawuf yang beraliran wujudiyah. Diantara karya-karya Hamzah Fansuri adalah Asrar Al-Aufin, Syarab Al-Asyikin, dan Zuiat Al-Nuwahidin. Sebagai seorang pujangga ia menghasilkan karya-karya, Syair si burung pungguk, syair perahu.
Ulama penting lainnnya adalah Syamsuddin As-Samathrani atau lebih dikenal dengan Syamsuddin Pasai. Ia adalah murid dari Hamzah Fansuri yang mengembangkan paham wujudiyah di Aceh. Kitab yang ditulis, Mir’atul al-Qulub, Miratul Mukmin dan lainnya. 
Ulama dan pujangga lain yang pernah datang ke kerajaan Aceh ialah Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Ia menentang paham wujudiyah dan menulis banyak kitab mengenai agama Islam dalam bahasa Arab maupun Melayu klasik. Kitab yang terbesar dan tertinggi mutu dalam kesustraan Melayu klasik dan berisi tentang sejarah kerajaan Aceh adalah kitab Bustanul Salatin.
Pada masa kejayaan  kerajaan Aceh, masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) oleh Sultannya banyak didirikan masjid sebagai tempat beribadah umat Islam, salah satu masjid yang terkenal Masjid Baitul Rahman, yang juga dijadikan sebagai Perguruan Tinggi dan mempunyai 17 daars (fakultas).
Dengan melihat banyak para ulama dan pujangga yang datang ke Aceh, serta adanya Perguruan Tinggi, maka dapat dipastikan bahwa kerajaan Aceh menjadi pusat studi Islam. Karena faktor agama Islam merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh pada periode berikutnya. Menurut B.J. Boland, bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam.[18]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Islam mengalami penyebaran di berbagai penjuru dunia sampai ke wilayah indonesia. Di wilayah indonesia pertama kalinya pada abad ke-7 M.
Masuknya Islam ke dearah Indonesia yang mula-mula di masuki Islam ialah daerah Aceh dan Islam pun menyebar keseluruh penjuru. Ada yang mengatakan dari India Masuknya Islam ke Indonesia, dari Persia, atau dari Arab.
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudra Pasai, yang didirikan pada abad ke-10 M dengan raja pertamanya Malik Ibrahim bin Mahdum. Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H).
Kerajaan Islam kedua di Indonesia adalah Perlak di Aceh. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak.
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).



DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. Ed. 1983. Agama dan Perubahan Sosial. Jakarta : CV. Rajawali
Hasbullah. 2001.  Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ibrahim, M, et.al. 1991.  Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: CV. Tumaritis
Mustofa.A, aly, Abdullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung : CV. Pustaka Setia
Sunanto, Musrifah, 2005Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
Yatim, Badri, 1993Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT.  Raja Grafindo Persada,
Zauharini, et.al., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2000


[1]A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia.Hal: 23
[2] Abdullah Taufik.Ed.” Agama dan Perubahan Sosial”. 1983 . Jakarta : CV. Rajawali. Hal: 4
[3] Ibid  Hal: 5
[4] Musrifah sunanto. “Sejarah Peradaban Islam Indonesia”. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal: 10-11
[5] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal: 53
[6] Hasbullah. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4 Hal: 19-20
[7] Musrifah sunanto. “Sejarah Peradaban Islam Indonesia”. 2005. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Hal : 20-21
[8] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal: 54
[9] Zuhairini,et.al. “Sejarah Pendidikan Islam”. 2000. Jakarta : PT. Bumi Aksara, , set 6 Hal: 135
[10] Ibid Hal : 136
[11] M.Ibrahim, et.al. ”Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh”. 1991. Jakarta : CV. Tumaritis, cet 2 Hal : 61
[12] Hasbullah.“Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4 Hal : 29
[13] A. aly. Abdullah. Mustofa. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”. 1999. Bandung : CV. Pustaka Setia. Hal : 54
[14] M. Ibrahim, et.al. ”Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh”. 1991. Jakarta : CV. Tumaritis, cet 2 Hal : 75
[15] Ibid. Hal : 76
[16] Hasbullah .“Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia “. 2001. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, cet. 4 Hal : 32
[17] Op.cit Hal : 88
[18] Ibid. Hal : 89



1 komentar:

http://www.facebook.com/theicol